Cari Berita

Senin, Februari 23, 2009

25 Nabi & Rosul


25 Nabi & Rosul:
1. Adam AS.
2. Idris AS.
3. Nuh AS. (Ulul Azmi)
4. Hud AS.
5. Soleh AS.
6. Ibrahim AS. (Ulul Azmi)
7. Luth AS.
8. Ismail AS.
9. Ishak AS.
10. Yakub AS.
11. Yusuf AS.
12. Ayub AS.
13. Sueb AS.
14. Musa AS. (Ulul Azmi)
15. Harun AS.
16. Zulkifli AS.
17. Daud AS.
18. Sulaiman AS.
19. Ilyas AS.
20. Ilyasa AS.
21. Yunus AS.
22. Zakaria AS.
23. Yahya AS.
24. Isa AS. (Ulul Azmi)
25. Muhammad SAW. (Ulul Azmi)

Cara Shalat Sunnah Tahajjud

Shalat Sunnah Tahajjud

Shalat Tahajjud adalah shalat sunah yang dilakukan pada malam hari setelah tidur terlebih dahulu, karena arti Tahajjud adalah bangun pada malam hari.Afdhalnya shalat Tahajjud dilakukan pada sepertiga malam yang akhir yaitu kira-kita mulai jam 1.00 malam sampai menjelang masuk waktu shubuh berdasarkan hadits Nabi:"Perintah Allah turun ke langit diwaktu tinggal sepertiga yang akhir dari waktu malam, lalu berseru, adakah orang-orang yang memohon ( berdoa ) pasti akan kukabulkan, adakah orang yang meminta, pasti akan kuberikan dan adakah yang mengharap ampunan, pasti akan kuampuni baginya sampai tiba waktu shubuh"(al Hadits).

Cara Melaksakan Shalat Tahajjud :

Shalat Tahajjud dilaksanakan dengan Munfarid ( tanpa berjamaah ), minimal dua rokaat dan maksimal tidak terhingga jumlah rakaatnya sampai hampir masuk waktu shubuh dan dilaksanakan setiap dua rakaat satu salam sebagaimana hadits Nabi saw:

"Shalat malam itu adalah dua rakaat, dua rakaat apabila khawatir akan masuk waktu shubuh maka berwitirlah satu rakaat saja" ( HR.Bukhari-Muslim ).

  • > Niat shalat Tahajjud didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram. "Aku niat shalat sunah Tahajjud dua rakaat karena Allah"

  • > Membaca doa Iftitah

  • > Membaca surat al Fatihah

  • > Membaca salah satu surat didalam al quran.Afdhalnya rokaat pertama membaca surat al Kafirun dan rakaat ke dua membaca surat al Ikhlas

  • > Ruku' sambil membaca Tasbih tiga kali

  • > I'tidal sambil membaca bacaannya

  • > Sujud pertama sambil membaca Tasbih tiga kali

  • > Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya

  • > Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga kali.

  • > Setelah selesai rakaat pertama, lakukan rokaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali dan rakaat-rakaat selanjutnya sama dilakukan seperti contoh diatas.

  • > Setelah selesai shalat Tahajjud bacalah zikir yang mudah ( Allah - Allah - Allah ) terutama perbanyak Istigfar (mohon ampun), adakan dialog bathin dengan Allah sampaikan semua unek-unek yang ada dalam hati lalu ditutup dengan doa

Jumat, Februari 20, 2009

Syukur Nimat


NIKMAT SEHAT DAN NIKMAT KESEMPATAN

Suatu ketika Rasulullah SAW berpesan kepada Ibnu Abbas tentang dua kenikmatan yang sering membuat manusia lupa, lalai, dan tertipu.
Beliau, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, mengistilahkan orang-orang seperti itu sebagai maghbun, yaitu mereka yang sering melupakan atau meremehkan kondisi sehat dan kesempatan (waktu luang).
Sabda Rasulullah SAW, ''Kondisi sehat dan kesempatan luang adalah dua nikmat yang Allah SWT berikan kepada manusia, namun sering mereka lupakan.'' Dari hadis ini, ada dua pesan yang Nabi SAW sampaikan.
Pertama, manusia hendaknya selalu menyikapi segala keadaan yang mereka alami sebagai nikmat dari Allah SWT. Karena itu, mereka mesti menyadari bahwa ada sesuatu yang harus dilakukan sebagai wujud rasa terima kasih kita kepada pemberi nikmat itu.
Ketika sehat, kita sebetulnya ditegur untuk selalu ingat bahwa kesehatan adalah nikmat luar biasa. Dengan demikian, kita akan selalu menggunakan kesehatan yang kita miliki untuk makin meningkatkan ketaatan kepada-Nya.
Kedua, manusia hendaknya selalu mengoptimalkan kesempatan yang ada untuk melakukan hal-hal yang positif bagi dirinya dan orang lain. Karena, kebanyakan manusia terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawi hingga melupakan hal-hal yang berkaitan dengan akhirat. Seakan tidak ada waktu untuk beribadah kepada Allah SWT, yang ada adalah waktu untuk memperoleh materi duniawi.
Mereka tidak sadar andaikata diberikan banyak harta dan kemewahan namun Alloh cabut satu nikmat saja berupa sakit, maka apalah arti semua itu bila kita tidak bisa menikmatinya.
Pernahkah kita bangun tidur lalu berdoa memohon pada Alloh SWT, Ya Alloh, Terimakasih engkau telah memberikan nikmat penglihatanku, udara untuk nafasku, air dan lainnya untuk makan minumku dan nikmat-nikmat lain?, kebanyakan doa-doa yg kita minta adalah rizki, jabatan, dan kesenangan dunia lainnya tanpa membalas dengan rasa syukur atas nikmat yang paling utama, yaitu nikmat sehat dan kesempatan.
Hal demikianlah yang sangat Rasulullah khawatirkan. Kesehatan dan kesempatan adalah dua hal utama yang sering membuat manusia melupakan Allah SWT. Inilah yang disinyalir oleh ulama besar Ibnu al-Jauzi, ''Terkadang manusia itu sehat, tapi tidak memiliki kesempatan luang karena kesibukannya dengan urusan dunia. Ada juga yang memiliki kesempatan luang, namun tidak sehat. Ketika dua hal ini ada pada diri manusia, ternyata membuat mereka malas untuk taat kepada Allah, maka inilah orang-orang yang maghbun.''

Ketika mengomentari istilah maghbun ini, ulama Ibnu Baththal mengatakan, ''Maksud hadis yang Nabi SAW sampaikan ini adalah bahwa seseorang yang mensyukuri kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT berikan, dengan melakukan apa yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi segala hal yang dilarang-Nya, maka ia tidak termasuk golongan orang-orang yang maghbun.''
Kita tentunya tidak ingin termasuk dalam golongan orang-orang yang Rasulullah SAW sebut sebagai orang-orang yang maghbun. Yaitu, orang-orang yang sama sekali tidak memahami hakikat kesehatan yang dimilikinya, sehingga tidak mensyukurinya. Juga orang-orang yang tidak dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk semakin menambah kataatan pada Allah SWT. Manusia yang cerdas akan memahami itu semua sebagai sebuah kenikmatan yang menyadarkannya. Kenikmatan yang disyukuri dalam bentuk amalan nyata lahir dan batin, akan mengantarkan manusia menjadi orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Kesehatan dan kesempatan luang yang dimiliki justru akan dipahami sebagai sebuah kesempatan emas untuk meningkatkan nilai-nilai amal di hadapan Allah SWT. Wallahu a'lam

Jumat, Februari 06, 2009

Mensyukuri Nikmat Allah



Allah senantiasa mencurahkan nikmat-Nya kepada kita dengan bermacam-macam nikmat yang tidak dapat dihitung banyaknya. Dalam hal ini Allah berfirman dalam Surat An-Nahl:18:

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya engkau tidak dapat menghitung jumlahnya."
Sungguh benar firman Allah, andaikata kita hitung satu per satu, nikmatnya mata hingga kita bisa memandang indahnya dunia, nikmatnya telinga hingga kita bisa mendengarkan suara-suara yang indah, juga organ-organ tubuh kita: jantung, paru-paru, ginjal, otak, dll, itu adalah nikmat yang diberikan Allah kepada kita secara gratis tanpa membayarnya.
Dan yang tidak kalah penting adalah nikmat Allah berupa umur dan rizki yang telah kita peroleh sampai saat ini. Adakah kita pernah mengira bahwa nikmat rizki dan umur bukan berasal dari Allah? Tidak, semua yang ada di alam raya ini adalah milik Allah, termasuk diri kita sendiri, adapun umur dan rizki yang kita peroleh hanyalah titipan Allah belaka yang nantinya harus kita pertanggungjawabkan kepada yang memilikinya, yaitu Allah SWT.
Apabila kita mencoba untuk menelaah lebih dalam nikmat yang besar itu pada dasarnya tergantung pada nikmat yang kecil, la insyakartum laa adziidanakum, barangsiapa yang mensyukuri nikmat yang ada, maka Allah akan menambah nikmat baginya. Oleh karena itu, janganlah merisaukan nikmat-nikmat lain yang belum kita miliki, jangan khawatir oleh aneka nikmat yang kita inginkan dan belum kita peroleh, tetapi risaukanlah nikmat yang ada dan belum sempat kita mensyukurinya. Boleh jadi kita sering panik ketika memikirkan sesuatu yang belum kita miliki. Padahal, kita seharusnya lebih memikirkan tentang bagaimana caranya kita mensyukuri apa yang telah kita nikmati. Sebab rasa syukur itulah yang akan mencukupkan dan akan mengundang nikmat-nikmat berikutnya.
Alangkah berat jika kita merasa memiliki sesuatu, namun kita takut kehilangan atau takut tersaingi. Ada sebuah perumpamaan yang sederhana mengenai tukang parkir. Walaupun banyak mobil dia tidak sombong, ganti-ganti mobil dia juga tidak menjadi takabur. Bahkan ketika semua mobil diambil sampai habis, dia tidak sakit hati. Sebab, dia hanya merasa dititipi. Lillahi maa fissamaawaati wamaa fil ardl, semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah. Salah satu yang bisa membuat kita tenteram dan menjadi ahli syukur adalah kita sadar bahwa semua nikmat yang ada ini hanya berasal dari Allah dan hanya milik Allah. Adapun kita, hanya sekedar tertitipi beberapa saat saja.
Oleh karena itu, adanya nikmat jangan membuat kita menjadi sombong, karena itu hanya titipan saja. Sedikitnya nikmat juga tidak usah membuat kita minder, karena itu juga titipan. Melihat orang lain yang tertitipi banyak rizki, kita sama sekali tak perlu dengki. Sebab yang mereka miliki juga hanya titipan dari Allah. Maka sesuka Allah-lah membagikan nikmat kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. dan kalau diambil oleh Allah pun tak perlu sakit hati, karena memang semua nikmat itu hanyalah titipan dariNya.
Orang yang paling beruntung di dalam hidup ini adalah orang yang dipenuhi oleh rasa syukur. Ada 5 bentuk syukur nikmat yang perlu kita renungkan.
1. Yakinkan bahwa semua nikmat itu hanya milik Allah. Tiada pembagi nikmat selain Dia.
2. Ucapkan alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Pujilah Allah dalam segala situasi karena apa yang kita nikmati sesungguhnya melampaui apa yang menyusahkan diri kita. Jika kita dipuji orang sebagai orang yang cerdas, maka sebenarnya otak dan pikiran kita adalah ciptaan Allah. Dan kalau pun dipuji karena harta, itu pun ternyata hanya titipan belaka. Ucapan alhamdulillah yang muncul dari pikiran yang sehat dan sempurna pasti akan menimbulkan rasa syukur atas segala nikmat yang diterimanya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Ucapan subhanallah akan menimbulkan rasa takjub yang mengartikan kebesaran Allah serta kesucian-Nya dari segala sifat-sifat kekurangan.
3. Berterima kasih kepada orang yang menjadi jalan nikmat. Harus disadari bahwa selain syukur kepada Allah, kita juga harus bersyukur kepada manusia sebab tidak disebut seseorang itu sebagai ahli syukur kecuali ia juga pandai bersyukur kepada manusia.
4. Jadikan setiap kenikmatan itu menjadi jalan pendekat kepada Allah. Orang yang bersyukur karena memiliki keturunan, maka ia mempunyai kewajiban untuk mendidik anak keturunannya itu agar dekat dengan Allah, agar menjadi anak yang sholeh berbhakti kepada kedua orangtuanya.
5. Bagi orang yang bersyukur karena memiliki profesi sebagai guru atau pendidik, maka profesi itu harus dijalani dengan ikhlas tanpa mengharapkan sesuatu dari anak didik, justru sebaliknya harus membekali mereka dengan ilmu untuk masa depannya, itulah investasi kita di alam kubur sebagai amal jariyah.

Tiada Tuhan selain Allah, yang menciptakan nikmat. Dia pula yang memberikan nikmat itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Walaupun seluruh kata-kata kita kerahkan untuk memuja dan memuji-Nya, pastilah tidak sebanding dengan keagungan, kebebasan, dan limpahan nikmat yang telah Allah limpahkan.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman:

"Wahai hamba-Ku, tidak Ku-ciptakan kalian hanya karena ingin memperbanyak jumlah kalian yang sedikit, juga bukan untuk tujuan bersenang-senang dengan kalian karena rasa kesepian. Bukan pula karena Aku ingin meminta tolong kepada kalian karena suatu hal yang tak mampu Ku-atasi. Aku ciptakan kalian agar kalian berdzikir kepada-Ku sebanyak-banyaknya, beribadah kepada-Ku selama-lamanya, dan agar kalian bertasbih kepada-Ku setiap pagi dan petang hari."
Berkenaan dengan hadits tersebut kita harus meniatkan apa-apa yang kita lakukan semata-mata hanya karena Allah. Sebagai seorang petani atau pedagang maka bertani dan berdaganglah secara Islami dan meniatkan untuk memperoleh ridho Allah, jika demikian insya Allah akan dicatat sebagai amal ibadah disamping ibadah-ibadah lain yang harus kita lakukan. Sebagai seorang penuntut ilmu, baik itu ilmu agama atau pun ilmu di sekolah, jika kita niatkan semata-mata untuk memperoleh ridho Allah maka insya Allah dia tercatat sebagai seorang ahli dzikir.
Umur yang kita pakai sekarang ini akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah untuk apa saja umur kita habiskan. Bentuk rasa syukur kelima berhubungan dengan nikmat umur yang telah kita jalani adalah kita sering-sering mengevaluasi diri, menghisab diri sendiri sebelum kita dihisab di hari perhitungan nanti di akhirat.
Oleh karena itu marilah kita sama-sama mengingat maut yang sewaktu-waktu bisa datang menjemput kita. Supaya rasa syukur kita terhadap nikmat umur semakin bertambah.
Marilah kita berdoa bersama-sama, menghadapkan wajah kita kepada Allah, agar kita diberikan kesempatan untuk bisa menghadapkan wajah kita kepada Allah dengan tenang di akhirat nanti.

Sumber: MQ