Cari Berita

Rabu, Februari 17, 2010

Innamal 'amalu Binniat (Setiap Amalan Tergantung Niat)

Bismillahirrahmanirrahim
Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia niatkan’ (HR. Bukhari dan Muslim)


Dari Amirul Mu’minin Abu Hafs ‘Umar ibnu Al-Khathab radhiyalallahu ta’ala ’anhu berkata: “Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia niatkan’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keistimewaan Hadits Ini
Hadits ini merupakan hadits yang sangat agung, Imam Ahmad berkata: Pokok ajaran Islam terdapat pada 3 hadits:
  1. Hadits 'Umar, Setiap amalan tergantung pada niatnya

  2. Hadits 'Aisyah, Barangsiapa yang membuat suatu amalan dalam islam yang tidak ada asalnya maka amalan tersebut tertolak

  3. Hadits Nu'man bin Basyir, Perkara halal jelas dan perkara haram jelas, diantara keduanya ada perkara yang masih samar-samar
Hal ini karena Islam terdiri dari melaksanakan perintah, menjauhi larangan serta berhenti dari hal yang masih samar darinya yakni perkara mutasyabihat sebagaimanana hadits Nu’man bin Basyir, kemudian dalam melaksanakan hal-hal tersebut dinilai dari 2 sisi, lahir dan bathin, penilaian dari sisi bathin dengan hadits Umar dan penilaian sisi lahir dengan hadits ‘Aisyah, sehingga lengkaplah pokok ajaran Islam dalam 3 hadits tersebut.

Niat
Niat menurut istilah syar'i adalah bermaksud kepada sesuatu yang disertai perbuatan. Jika bermaksud kepada sesuatu tetapi tidak disertai perbuatan maka ini dinamakan azzam.

Imam Nawawi menjelaskan bahwa sabda Rasulullah shalallahu wa 'alaihi wa sallam Setiap amalan tergantung niatnya dibawa pada sihhatul a’mal (sahnya amalan) atau tashhihul a’mal (pembenaran amal) atau qabulul a’mal (diterimanya amalan) atau kamalul a’mal (sempurnanya amalan).

Amalan disini adalah amalan yang dibenarkan syariat, sehingga tidaklah diterima amalan yang dilarang syariat dengan dalih niatnya benar, misalkan seorang kepala rumah tangga yang berkewajiban menafkahi istri dan anak-anaknya akan tetapi dengan cara mencuri, kemudian dia berdalih “Niat saya kan baik, untuk menafkahi istri dan anak-anak”

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utaimin menjelaskan: Dari sabda Nabi shalallahu wa 'alaihi wa sallam Setiap amalan tergantung niatnya dapat diambil kesimpulan bahwa setiap amalan terjadi karena adanya niat pelakunya. Dalam hadits ini terdapat bantahan kepada orang yang selalu was-was, kemudian melakukan amalan beberapa kali, lalu syaitan membisikan kepadanya Sesungguhnya kamu belum berniat. Kita katakan kepada mereka: Tidak, tidak mungkin kalian beramal tanpa niat. Oleh karena itu permudahlah bagi kalian dan tinggalkanlah wa was-was seperti ini.

Adapun tempat niat di dalam hati dan melafadzkannya merupakan bid'ah. Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu'anhu bahwa ia mendengar orang berkata dalam ihramnya, Ya Allah, aku berniat haji atau umrah, Ibnu Umar berkata kepada orang tersebut, Apakah engkau memberitahu manusia? Bukankah Allah lebih mengetahui terhadap apa saja yang ada di jiwamu?

from milis

1 komentar:

Ahmad Muhajir mengatakan...

Subhan allah walaillah ha'ilallah allah huakhbar .... mantap mas sebuah ungkapan yang memiliki makna sangat luas dan mendasari suatu perbuatan,sangat simpel,sederhana akan tetapi memiliki korelasi antara abstrak dengan realititas kejadian dan anehnya hanya pelaku serta Tuhan saja yang dapat dengan tepat mengetahui ke benarannya.....